-
Arti Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi
oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu
sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri
berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan
adaptasi.Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:
- Bill Adams : Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif
- Wittgenstein : Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis
- Ferdinand De Saussure : Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain
- Plato : Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut
- Bloch & Trager : Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.
- Carrol : Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia
- Sudaryono : Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
- Saussure : Bahasa adalah objek dari semiologi
- Mc. Carthy : Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir
- William A. Haviland : Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sistem tersebut mencakup unsur – unsur :
1. Sistem lambang yang bermakna dan dapat dipahami oleh masyarakat pemakainya.
2. Sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang ditentukan oleh masyarakat pemakainya berdasarkan kesepakatan
3. Lambang – lambang tersebut bersifat arbiter (Kesepakatan) digunaka secara berulang dan tetap
4. Sistem lambang tersebut bersifat terbatas, tetapi produktif
5. Sistem lambang bersifat unix, khas, dan tidak sama dengan bahasa lain
6. Sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal
- Fungsi Bahasa
1. Bahasa sebagai sarana komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya : komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi budaya.
2. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya : integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen, integritas keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.
3. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Masing – masing mengamati ucapan, perilaku, dan simbol – simbol lain yang menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan dalam bentuk : aturan, anggaran dasar, undang – undang dan lain – lain.
4. Bahasa sebagai sarana memahami diri
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya, kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan, psikis, karakternya, psikososial, dan lain – lain. Dari pemahaman yang cermat atas dirinya, seseorang akan mampu membangun karakternya dan mengorbitkan-nya ke arah pengembangan potensi dan kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.
5. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan siang).
6. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain, seperti dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakaian bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional, kecerdasan, karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar tempramennya (sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi pengembangan dirinya, dan lain – lain.
7. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan kepastian konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir sehingga dapat mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya apa yang melatar belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana cara (metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil pengamatan,. dan apa kesimpulan.
8. Bahasa sebagai sarana berfikir logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir logis induktif, deduktif, sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat menyusun konsep atau pemikiran secara jelas, utuh dan konseptual. Melalui proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak. Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.
9. Bahasa membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.
10. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan tersebut dapat berkembang secara bersamaan. Selain memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan mendalami bidang studinya secara serius dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
11. Bahasa membangun karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakternya lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat mengidentifikasi kemampuan diri dan potensi diri. Dalam bentuk sederhana misalnya : rasa lapar, rasa cinta. Pada tingkat yang lebih kompleks , misalnya : membuat proposal yang menyatakan dirinya akan menbuat suatu proyek, kemampuan untuk menulis suatu laporan.
12. Bahasa Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran, tetapi bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut menuju pendakian puncak karier / profesi. Puncak pendakian karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan mitra, pesaing dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional memerlukan ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa sehingga mempu menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
13. Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu pemikiran yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya. Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya. Melalui pendidikan yang kemudian berkembang menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas yang baru.
-
Peranan
Bahasa
Dalam konsep ilmiah sebagai alat untuk menyerap dan
mengungkapkan hasil pemikiran
Setiap Negara pasti mempunyai bahasanya
masing-masing, begitupun Negara Indonesia. Indonesia memiliki bahasanya sendiri
yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa dapat mempersatukan suatu Negara. Bahasa
tersebut mempunyai banyak fungsi, salah satunya sebagai alat komunikasi.
Maksudnya adalah setiap orang bisa mengungkapkan hasil pemikirannya melalui
bahasa itu sendiri. Mereka bebas berbicara dan bebas mengeluarkan pendapat
selama bahasa yang digunakan masih sesuai dengan kaidah-kaidah atau tata cara
berbahasa yang baik. Bahasa Indonesia mempunyai ketentuan-ketentuan didalamnya,
baik dalam tata cara penulisan, tata cara menyampaikan, begitupun dalam tanda
bacanya seperti titik, koma, tanda tanya, tanda seru, dan lain-lain.
Peranan Bahasa yaitu :
·
Sebagai alat komunikasi
·
Sebagai alat untuk mengekspresikan diri
·
Sebagai alat integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau
situasi tertentu
·
Sebagai alat untuk melakukan control sosial
-
Ragam bahasa
Didalam bahasa indonesia disamping
dikenal kosa kata baku indonesia dikenal pula kosa kata bahasa indonesia ragam
baku,yang alih-alih disebut sebagai kosa kata baku bahasa indonesia baku.kosa
kata bahasa indonesia ragam baku atau kosa kata bahasa indonesia baku adalah
kosa kata baku bahasa indonesia,yang memiliki ciri kaidah bahasa indonesia
ragam baku,yang di jadkan tolak ukur yang di tetapkan berdasarkan kesepakatan
penutur bahasa indonesia,bukan otoritas lembaga atau intansi didalam
menggunakan bahasa indonesia ragam baku.jadi,kosa kata itu digunakan didalam
ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab.walaupun demikian,tidak tertutup
kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku didalam pemakaian ragam-ragam
yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa,terutama ragam
bahasa jurnalistik dan hukum,tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan
bentuk kosa kata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat
pengguna bahasa indonesia.dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah
kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang
pembicaraan (situasi pembicaraan),pelaku bicara,dan topik pembicaraan (Fishman
ed., 1968;Spradley,1980).
Menurut Felicia
(2001:8),raga bahasa dibagi berdasarkan:
1. Media pengantarnya atau saranannya,yang
terdiri atas:
a. Ragam lisan.
b. Ragam tulis.
Ragam lisan adalah bahasa yang
diujarkan oleh pemakai bahasa.kita dapat menemukan ragam lisan yang
standar,misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan,dalam situasi
perkuliahan,ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar,misalnya dalam percakapan
antarteman,dipasar,atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang
ditulis atau tercetak.ragam tulispun dapat berupa ragam tulis yang standar
maupun nonstandar.ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku
pelajaran,teks,majalah,surat kabar,poster,iklan.kita juga dapat menemukan ragam
tulis nonstandar dalam majalah
remaja,iklan,atau poster.
2.
Berdasarkan situasi dan pemakaian
Ragam bahasa baku dapat beerupa : (1) ragam bahasa baku
tulis dan (2) ragam bahasa baku lisan.dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
makna kalimat yang diungkapkan tidak ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat.oleh karena itu,dalam
penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecepatan dan ketetapan didalam
pemilihan kata,penerapan kaidah ejaan,struktur bentuk kata dan struktur
kalimat,serta kelengkapan unsur-unsur bahasa didalam struktur kalimat.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelepasan kalimat.Namun,hal itu tidak mengurangi cirri kebakuannya.walaupun
demikian,ketepatan dalam pilihan didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi
formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam
situasi tidak formal atau santai.jika ragam bahasa lisan dituliskan,ragam
bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis,tetapi tetap disebut sebagai
ragam lisan,hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis.oleh karena itu,bahasa
yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan cirri-ciri ragam
tulis,walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis,ragam bahasa serupa itu tidak
dapat dikatakan sebagai ragam tulis.kedua ragam itu masing-masing,ragam tulis
dan ragam lisan memiliki cirri kebakuan yang berbeda.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan
dan ragam bahasa tulis(berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):
1. Tata bahasa
(Bentuk
kata,tata bahasa,struktur kalimat,kosa kata)
a. Ragam bahasa lisan :
- Melyana sedang baca surat kabar
- Ari mau nulis surat
- Tapi kau tidak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka tinggal di Menteng.
- Jalan laying itu mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Saya akan tanyakan soal itu
b. Ragam bahasa tulis :
- Melyana sedang membaca surat kabar
- Ari mau menulis surat
- Namun,engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
- Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu
lintas.
- Akan saya tanyakan soal itu.
2. Kosa kata
Contoh
ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a. Ragam lisan
- Rani bilang kalau kita harus belajar
- Kita harus bikin karya tulis
- Rasanya masih terlalu pagi buat saya,pak
b. Ragam tulis
- Rani mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita harus membuat karya tulis.
- Rasanya masih terlalu muda bagi saya,pak.
Istilah lain yang menggunakan selain
ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar,semi standard an nonstandart.
a. Ragam
standar,
b. Ragam
nonstandard
c. Ragam
semi standar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat
kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap.akan tetapi,kemantapan itu tidak
bersifat kaku.ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan
dibidang kosa kata,peristilahan,serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis
laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi,1998:14).
Pembedaan antara ragam
standar,nonstandard,dan semi standar dilakukan berdasarkan :
a. Topik yang sedang dibahas,
b. Hubungan antar pembicara,
c. Medium yang digunakan,
d. Lingkungan atau
e. Situasi saat pembicaan terjadi
Ciri
yang membedakan antara ragam standar,semi standard an nonstandard :
- Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
- Penggunaan kata tertentu,
- Penggunaan imbuhan,
- Penggunaan kata sambung (konjungsi),dan
- Penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata
ganti merupakan ciri pempeda ragam standard an ragam nonstandard yang sangat
menonjol.kepada orang yang kita hormati,kita
akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak,Ibu,Saudara,Anda.jika kita menyebut diri kita,dalam standar
kita akan menggunakan kata saya atau aku.dalam ragam nonstandard,kita akan
menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan
cirri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standard dan ragam
nonstandard.Dalam ragam standar,digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku
atau istilah dan bidang ilmu tertentu.penggunaan imbuhan adalah ciri lain.dalam
ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi)
dan kata depan (preposisi) merupakan cirri pembeda lain.dalam ragam
nonstandar,sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan.kadang kala,kenyataan
ini meengganggu kejelasan kalimat.
Contoh : (1) Ibu mengatakan,kita
akan pergi besok
(ia) ibu mengatakan bahwa kita akan
peergi besok
Pada contoh (1) merupakan ragam semi
standard an diperbaiki contoh (ia) yang merupakan ragam standar.
Contoh : (2) Mereka bekerja keras
menyelesaikan pekerjaan itu.
(2a) Mereka bekerja keras untuk
menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1) kehilangan kata sambung
(bahwa),sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk).dalam laras
jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan.hal ini menunjukkan bahwa laras
jurnalistik termasuk ragam semi standar.
Kelengkapan fungsi merupakan cirri
terakhir yang membedakan ragam standard an nonstandard.artinya,ada bagian dalam
kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah di anggap cukup mendukung
pengertian.dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu,predikat kalimat
dihilangkan.seringkali pelepasan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan
orang.misalnya, Hai, ida,mau kemana?” “pulang.” Sering kali juga kita menjawab
“tau.” Untuk menyatakan ‘tidak tau.’ Sebenarnya,pembedaan lain,yang juga
muncul,tetapi tidak disebutkan diatas adalah intonasi.Masalahnya,pembeda
intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam
tulis.
-
Laras Bahasa
Pada saat digunakan sebagai alat
komunikasi,bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi
pemakaianya.jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan
pemakaianya.dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah,laras populer,laras
featue,laras komik,laras sastra, yang
masih dapat di bagi atas laras cerpen, laras puisi,laras novel, dan sebagainya.
Setiap laras memiliki cirinya
sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat di sampaikan secara
lisan atau di tulis dalam bentuk standar, semi standar,atau nonstandar. Laras
bahasa yang akan kita bahas pada kesempatan ini adalah laras ilmiah.
Dalam uraian di atas di katakan
bahwa setiap laras dapat di sampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau
nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras
ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan
hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi,
seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali berbagai bahan informasi menjadi
sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah
tidak di sebut pengarang melainkan di
sebut penulis (soeseno,1981: 1).
Dalam uraian di atas dapat di
bedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan
merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita. Sedangkan seorang penulis
akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa
peristiwa yang di ceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah di
buktikan kebenaranya, tetapi tidak secara langsung di alami oleh penulis. Data
realistis dapat berasal dari dokumen, surat keterangan,press release, surat kabar atau sumber bacaan lain,bahkan suatu
peristiwa faktual. Faktual berarti rangkaian peristiwa atau percobaan yang di
ceritakan benar-benar dilihat di rasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin,
1994:378).
Karya
ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas.meskipun demikian, dalam
karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya,
berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap haru dipikirkan.
Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk
menyaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran
hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menubangkan sebuah teori
berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat
secara jelas menyampaikan pesan pada pembacanya.
Persyaratan
bagi sebuah tulisan untuk di anggap sebagai sebuah karya ilmiah adalah
sebagai berikut (brotowidjoyo, 1988:
15-16).
1. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif
secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2. Karya ilmiah di tulis secara
cermat,tepat,jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan
ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.
3. Karya ilmiah di susun secara
sistematis, setiap langkah di rencanakan secara terkendali, konseptual, dan
prosedual.
4. Karya ilmiah menyajikan rangkaian
sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca
untuk menarik kesimpulan.
5. Karya ilmiah mengandung pandangan yang
di sertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotetis.
6. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal
itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga
tidak akan memancing pernyataan benada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak
boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajian
tidak boleh bersifat emotif.
7. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat
ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal
itu di timbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan
demikian, fakta dan hukum alam di terapkan pada situasi spesifik itu di biarkan
berbicara sendiri. Pembaca di biarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa
pembenaran keyakinan dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas,dari segi
bahasa, dapat di katakana bahwa karya ilmiah memiliki tiga
ciri yaitu:
1. harus tepat
tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna
2. harus secara tepat mendefinisikan
setiap istilah, sifat, dan pengertian yang di gunakan, agar tidak menimbulkan
kerancuan atau keraguan
3. harus singkat, berdasarkan
ekonomi bahasa.
Disamping persyaratan tersebut di
atas, untuk dapat di publikasikan sebagai karya ilmiah ada ketentuan struktur
atau format karangan yang kurang lebih bersifat baku. Ketentuan itu merupakan
kesepakatan sebagaimana tertuang dalam internasional standardization organization
(ISO). Publikasi yang tidak
mengindakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ISO memberikan kesan bahwa
publikasi itu kurang valid sebagai terbitan ilmiah (soehardjan,1997 :10).
Struktur karya ilmiah (soehardjan, 1997 :38) terdiri atas judul, nama penulis,
abstrak, pendahuluan,bahan dan metode, hasil pembahasan, kesimpulan, ucapan
terimakasi dan daftar pustaka.ISO 5966 (1982) menetapkan agar terdiri atas
judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, inti tluisan ( teori
metode, hasil, dan pembahasan), simpulan, dan usulan, ucapan terimakasih, dan
daftar pustaka (soehardjan, 1997 :38).
3.ragam bahasa keilmuan
Menurut
sunaryo, (1994 :). Bahwa dalam kita berkomonikasi, perlu di perhatikan
kaidah-kaidah berbahasa, baik yang berkaitan keebenaran kaidah pemakaian bahasa
sesuai dengan konteks situasi, kondisi, dan sosio budayanya. Pada saat kita
berbahasa, baik lisan maupun tulis, kita selalu memperhatikan factor-faktor
yang menentukan bentuk-bentuk bahasa yang kita gunakan. Pada saat menulis,
misalnya kita selalu memperhatikan siapa pembaca tulisan kita, apa yang kita tulis, apa tujuan tulisan itu,
dan di media apa kita menulis. Hal yang perlu mendapat perhatian terssebut
merupakan faktoer penentu dalam berkomunikasi. faktor-faktor penentu
berkomunikasi meliputi: partisipan, topik latar, tujuan, dan saluran (lisan
atau tulis)
Partisipan
tutur ini berupa PI yaitu pembicara/penulis dan P2 yaitu pembaca atau pendengar
tutur. Agar pesan yang di sampaikan dapat terkomunikasikan dengan baik, maka
pembaca atau penulis perlu (a) mengetahui latar belakang pembaca/pendengar,
dan(b) memperhatikan hubungan antara pembicara/penulis dengan
pendengar/pembaca. Hal itu harus di ketahui agar pilihan bentuk bahasa
digunakan tepat, disamping agar pesanya dapat tersampaikan, agar tidak
menyinggung perasaan, menyepelehkan, merendahkan dan sejenisnya.
Topik
tutur berkenaan dengan masalah apa yang di sampaikan penutur ke penanggap
penutur. Penyampaian topik tutur dapat di lakukan secara: (a) naratif
(peristiwa, perbuatan, cerita), (b) deskriptif (hal-hal faktual : keadaan,
tempat barang, dsb.), (c). ekspositoris, (d) argumentatif dan persuasif.
Ragam bahasa keilmuan mempunyai
ciri:
(1) Cendekia : bahasa Indonesia keilmuan itu mampu digunakan
untuk mengungkapkan hasil berfikir logis secara cepat.
(2) Lugas dan jelas :
bahasa Indonesia keilmuan di gunakan untuk
menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat.
(3) Gagasan sebagai
pangkal tolak : bahasa Indonesia keilmuan di gunakan dengan orientasi gagasan.
Hal itu berarti penonjolan
diarahkan pada gagasan atau hal-hal
yang di ungkapkan, tidak pada penulis.
(4) Formal dan objektif : komunikasi ilmiah melalui teks
ilmiah merupakan komunikasi formal. Hal ini berarti bahwa unsure-unsur bahasa
Indonesia yang di gunakan dalam bahasa Indonesia keilmuan adalah unsur-unsur
bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi. Pada lapis kosa kata dapat
di temukan kata-kata yang berciri formal dan kata-kata yang berciri informal
(syafi’ie, 1992: 8-9).
Contoh:
berciri formal kata berciri informal
Korps korp
Berkata bilang
Karena lantaran
Suku cadang onderdil
4. laras ilmiah populer
Laras
ilmiah populer merupakan sebuah tulisan yang bersifat ilmiah, tetapi di
ungkapkan dengan cara penuturan yang mudah di mengerti. Karya ilmiah populer
tidak selau merupakan hasil penelitian ilmiah. Tulisan itu dapat berupa
petunjuk teknis, pengalaman dan pengamatan biasa yang di uraikan dengan metode
ilmiah. Jika karya ilmiah harus selalu di sajikan dalam ragam bahasa yang
standar, karya ilmiah dapat di sajikan dalam ragam bahasa yang standar, semi
standar dan nonstandar. Penyusun karya ilmiah populer akan tetap di sebut
penulis bukan pengarang, karena proses penyusunan karya ilmiah populer sama
dengan proses penyusunan karya ilmiah. Pembedaan terjadi hanya dalam cara
penyajianya.
Seperti
di uraikan di atas, persyaratan berlaku bagi sebuah karya ilmiah berlaku pula
bagi karya ilmiah populer. Akan tetapi, dalam kaya ilmiah populer terdapat pula
persoalan lain, seperti kritik terhadap pemerintah, analisi atas suatu
peristiwa yang sedang populer di masyarakat, jalan keluar bagi persoalan yang
sedang di hadapi masyarakat, atau sekedar informasi baru yang ingin di
sampaikan kepada masyarakat.
Jika
karya ilmiah memiliki struktur yang baku, tidak demikian halnya dengan karya
ilmiah populer. Oleh karena itu, karya ilmiah populer biasanya di sajikan dalam
media surat kabar dan majalah, biasanya, format penyajianya mengikuti
format yang berlaku dalam laras
jurnalistik. Pemilihan topik dan perumusan tema harus di rumuskan dengan
cermat. Tema itu kemudian di kerjakan dengan jenis karangan tertentu, misalnya
narasi, eksposisi, argumentsi, atau deskripsi. Secara lebih rinci lagi, penulis
dapat mengembangkan gagasanya dalam berbagai bentuk pengembangan paragraph
seperti pola pemecahan masalah, pola kronologis, pola perbandingan, atau pola
sudut pandang.
-
Sumber :